15 December 2010

Men-Jogja-kan Indonesia

akhirnya ku tulis juga di blogku, udah lama pernah punya pikiran seperti ini sewaktu masih di Prabumulih dulu, pas lagi kangen suasana Jogja.

Sekarang idenya muncul lagi karena lagi rame-ramenya RUUK Jogja. poin yang utama adalah karena pemerintahan SBY maunya gubernur dan wakil gubernur Jogja dipilih langsung melalui pilkada, sedangkan (sebagian, mayoritas?) orang Jogja maunya ya seperti yang sudah2, otomatis Sultan HB dan Pakualam jadi gubernur dan wakilnya. Lalu diungkit-ungkit lagi masalah sejarah bergabungnya Jogja ke dalam NKRI.
Padahal sejarah Indonesia yang ku tau (sejak ku lahir) baru tahun 1999 ada pilpres (dan pilkada?) langsung. (tahun 1955 kabarnya juga langsung ya?) Selain tahun itu, pemilu, yang dipilih anggota dewan (DPR dan DPRD), lalu DPR beserta perwakilan daerah dan organisasi masyarakat tergabung dalam MPR, lalu memilih dan menetapkan presiden dan wapres (gitu ga sih?)

Aku bukan pakar politik dan ga terlalu ngerti. tapi sepertinya politik= rebutan kekuasaan ya? dan kekuasaan itu tentang bagaimana memanfaatkan orang lain untuk kepentingan dirinya. padahal sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain (salah baca apa ya?)

Jogja berhati nyaman

ini slogan kota Jogja, dan menurutku inilah keistimewaan Jogja. sisi positifnya sultan otomatis jadi gubernur adalah orang Jogja jadi ga haus kekuasaan, ga perlu rebutan posisi gubernur dan wagub (jadi presiden RI aja sekalian). Lah kalo kata aktivis demokrasi, ini melanggar HAM karena menghalangi hak orang yang pengen jadi gubernur Jogja (sapa sih yang pengen jadi gubernur Jogja? ayo ngaku? :p)
Positifnya lagi ga perlu buang-buang uang buat pilkada kan?

Ada yang bilang kasian banget itu abdi dalem keraton gajinya kecil. itu kan kata kita, toh mereka seneng-seneng aja, hidupnya terjamin, ga kelaperan, anak-anaknya bisa sekolah. mereka ga perlu jadi gubernur dan wagub untuk bisa menjadi manusia yang sebaik-baik manusia. (ga perlu repot tebar pesona mencari massa pendukung hehe...)

Bagiku tidak penting demokrasi atau monarki, dipimpin sultan kah, gubernur, perdana menteri, terserah deh (toh aku ga minat dengan jabatan itu hehe...), yang penting itu pemimpin harus ADIL, hukum harus TEGAS, jadi rakyatnya ga bingung. Memperhatikan kesejahteraan (lahir batin) rakyat yang dipimpinnya gitu loh, bukan malah cari perhatian.

Kalo mau mengadakan perubahan itu dengan cara baik-baik, berikan contoh dulu kalo demokrasi NKRI sudah berjalan baik, baru deh gugat tuh sistem monarki Jogja. toh orang Jogja udah pada pinter dan gampang dikasitau *udah mulai emosional nih*
Jangan sampe sok demokrasi mengorbankan kenyamanan Jogja.

Aku bukan orang jogja asli, dan bukan karena suamiku orang jogja, tapi memang sejujurnya dari hatiku, kota ternyaman se-Indonesia (sepengetahuanku) adalah JOGJA :))

kalo sekarang ku tulis judul seperti di atas, bukan karena aku ingin menjadikan NKRI menganut sistem monarki, tapi karena ku ingin suasana kota Jogja menular ke seluruh Indonesia, Indonesia Berhati Nyaman, kan enak tuh.
Merdeka!!
(jangan salah mengartikan ku ingin Jogja merdeka loh, bukan, ku ingin orang Indonesia menjadi manusia merdeka)

No comments: