28 September 2016

Armina

Ini ceritaku selama berada di Armina (Arafah, Mina, Muzdalifah):

Bersama rombongan KBIH, kami mengikuti Tarwiyah, sudah ke Mina di 8 Dzulhijah.
21 September malam setelah Isya kami berangkat ke Mina. Maktab 63, Indonesia. Berdekatan dengan maktab dari negara Asia lainnya.
22 September adalah hari Tarwiyah. Bagi yang tidak Tarwiyah, dari Mekkah langsung menuju Arafah.
Masya'Allah, inilah Mina, perkemahan muslim sedunia. Dan di sinilah aku berada untuk sekitar 6 hari.
23 September, hari Arafah. Seluruh jamaah haji wajib wukuf di Arafah sejak tergelincir matahari (siang hari waktu dhuhur) sampai terbenam matahari (waktu maghrib).
Kami berangkat pagi ke Arafah.
Selepas maghrib kami menuju Muzdalifah. Sholat jamak taqdim qashar magrib dan isya, lalu mencari 77 batu kerikil untuk melempar Jumroh (7 untuk lempar jumroh Aqobah di 10 Dzulhijjah. 21 untuk lempar jumroh Ula, Wustho dan Aqobah masing-masing 7 di 11 & 12 Dzulhijjah untuk yang nafar awal + 21 untuk yang nafar tsani. Dan sisanya untuk cadangan).
Malamnya, di Muzdalifah, kami tidur di tempat terbuka, beralas jalanan (dan mendong 😁) dan beratap langit.

Saat itu sedang musim panas, udara cukup panas. Alhamdulillah aku bisa tidur, bisa istirahat. Hampir setiap jam terbangun lalu minum supaya tidak dehidrasi, lalu tidur lagi. Jam 12 tengah malam, jama'ah dibangunkan untuk bersiap kembali ke Mina.
Ketika bangun tengah malam inilah aku merasa sangat letih lemah, entah karena dehidrasi atau kurang tidur. Karena setelah bangun itu kami masih harus menunggu bis, antri berbaris.
Memang kalau mau mengikuti cara Rasullullah saw, bermalam di Muzdalifah sampai waktu subuh, sholat subuh dulu di Muzdalifah baru ke Mina. Ini kalau mau idealnya.
Tapi untuk mengurangi kepadatan dan memudahkan koordinasi, termasuk untuk kenyamanan jama'ah, maka ada hal-hal yang disesuaikan dengan keadaan saat ini (dan tentu sudah didiskusikan di kalangan ulama fiqih ya?).
Rombongan kami tiba kembali di Mina sekitar jam 3 dini hari.
Aku langsung mandi dan bersih-bersih badan dengan air (belum boleh pakai wangi-wangian karena belum tahallul, masih ber-ihram).

Keesokan hari, sambil menunggu melempar jumroh Aqobah (jadwal kami melempar jumroh ba'da ashar), kami mendapatkan berita bahwa ada kejadian berdesak-desakan di jalan menuju tempat melempar jumroh, ada korban jiwa sampai 200an. Informasi justru kami dapatkan dari jamaah yang sedang kontak keluarganya di tanah air, sementara rombongan kami yang ada di Mina tidak tahu. Berita ini cukup membuat kami waswas.
Apalagi beberapa tahun sebelumnya pernah terjadi juga peristiwa berdesakan dan terinjak-injak di terowongan Mina.

Alhamdulillah pada saat kami melempar jumroh cukup lancar, dan cukup lengang (tidak seperti yang ku bayangkan sebelumnya).
Jarak dari maktab ke tempat melempar jumroh sekitar 3,5 km. Berjalan kaki pp sekitar 7 km. Setiap melempar jumroh butuh waktu sekitar 2 jam.
Melempar jumroh Aqobah (10 Dzulhijjah 1436 - 24 September 2015) berangkat setelah Ashar, di waktu maghrib sudah sampai di maktab lagi.
Lalu kami melakukan tahallul. Sudah boleh mandi pakai sabun wangi 😊

Melempar jumroh di 11 dan 12 Dzulhijjah 1436 (25-26 September 2015) di waktu malam setelah isya, udara lebih sejuk, lebih santai.
Melempar jumroh di 13 Dzulhijjah - 27 September 2015 (kami ikut nafar tsani), di pagi hari ba'da subuh. Setelahnya kami langsung kembali ke Mekkah.

Saat kegiatan melempar jumroh inilah aku bisa bertemu dengan jama'ah haji dari berbagai daerah dalam dan luar negeri. Bisa dikenali dari bendera dan pakaian seragamnya, ada yang pakai slayer warna-warni, bendera warna-warni dengan berbagai tulisan.
Kalau jama'ah haji Indonesia banyak yang pakai batik.

* Jadi ingin nulis tentang gaya berpakaian berbagai negara yang ku temui saat di Arab, saat musim haji.
Dengan melihat ciri pakaiannya bisa tahu kira-kira dari negara mana.

17 September 2016

CHILI

Alhamdulillah, akhirnya berhasil juga masak Chili.

Beginilah kira-kira prosesnya:
1. Cuci daging dan tulang. Kalau aku, ku buang lemaknya.
2. Rebus tulang, buang air rebusan pertama (konon sih bisa mengurangi lemaknya). Rebus lagi dengan air yang baru. Airnya kira-kira 10 gelas.
3. Masukkan kacang merah yang sudah direndam dari pagi (ku rendam dari sekitar jam 7 pagi, dan aku masaknya jam 7 malam. Kira-kira 12 jam). Ini untuk kacang merah kering ya.
4. Tumis bawang putih (3 siung), merica, dan garam yang sudah dihaluskan. Pakai minyak zaitun ya 😉. Lalu masukkan ke rebusan tulang.
5. Potong-potong daging kecil-kecil (kalau punya alat pencincang daging lebih baik, lebih cepat). Masukkan ke rebusan tulang.
6. Iris tomat & cabe (aku pakai 3 tomat merah dan 4 cabe merah keriting), tumis, masukkan ke rebusan.
7. Iris bawang Bombay (1 ukuran besar), tumis, masukkan ke rebusan.
8. Tambahkan garam dan gula sesuai selera.
9. Rebus sampai laper 😄😝.
(Karena masaknya telat, sudah waktu makan malam).
10. Matikan api kompor. Siap dimakan sebagai sop kacang merah kuah tomat.
11. Tutup panci (pakai panci yang alas bawahnya tebal atau panci presto lebih baik).
12. Panaskan lagi pagi hari untuk sarapan. Jadi deh Chili.
13. Panaskan lagi untuk makan siang.
14. Lakukan lagi sampai Chili habis 😘👍

14 September 2016

Idul Adha 1437 H

Idul Adha dirayakan setiap tanggal 10 Dzulhijjah.
Tahun ini bertepatan dengan tanggal 12 September 2016.

Berbeda dengan 'Idul Fitri yang disunnahkan untuk makan sebelum sholat Id, pada hari raya Idul Adha disunnahkan untuk puasa sebelum melaksanakan sholat 'Id, dan berbuka setelah sholat 'Id.
Yang lainnya kurang lebih sama, mandi, berpakaian yang rapi dan wangi, berangkat dan pulang ke dan dari tempat sholat melalui jalan yang berbeda.

Aku dan suami melaksanakan sholat 'Id Adha tahun ini di lapangan merdeka, di sebelah masjid Istiqomah, Balikpapan.
Berangkat melalui jalan minyak (Yos Sudarso), pulangnya melalui jalan Ahmad Yani.

Sholat 'Id 2 raka'at. Raka'at pertama 7x takbir. Raka'at kedua 5x takbir.
Sholat 'Id kali ini imam membaca surah setelah Alfatihah: Al 'Alaa dan Al Ghasiyah.
Setelah itu dilanjutkan dengan khutbah tentang Taubat dan Istighfar.

Setelah sholat kami pulang, sarapan kali ini adalah Kepiting saos Kedai Laut, yang sudah dibeli dari kemarin untuk berbuka puasa Arafah; dan roti tawar selai kacang. Alhamdulillah😊

Siangnya kami makan soto Semarang, dilanjutkan nonton BFG (Big Friendly Giant) di BSB.
Pulangnya sampai rumah dikasih daging qurban, daging sapi.
Sebagian dibuat Steak untuk makan malam.
Sebagian dipotong-potong kecil-kecil lalu ditumis dengan bumbu rendang untuk makan malam kemarin (13 September 2016).
Dan sebagian besar masih ada di kulkas. Konon menurut tips dari teman, menyimpan daging supaya awet itu di freezer, dan usahakan tidak terkena air (simpan di wadah tertutup).

Pengen buat Chili (sop daging cincang, kacang merah, berkuah kental dari tomat).

Selamat Berhari Raya! 😊😄😍.

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ
"‏ إِنَّ يَوْمَ عَرَفَةَ وَيَوْمَ النَّحْرِ وَأَيَّامَ التَّشْرِيقِ عِيدُنَا أَهْلَ الإِسْلاَمِ وَهِيَ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ ‏"‏ ‏

It was narrated from Uqbah bin Amir that the Messenger of Allah said:
"The day of Arafat and the day of sacrifice and the day of At-Tashriq are our Id, the people of Islam, and they are days of eating and drinking."

Grade: Hasan (Darussalam)
Reference : Sunan an-Nasa'i 3004
In-book reference : Book 24, Hadith 0
English translation : Vol. 3, Book 24, Hadith 3007

11 September 2016

Hari Arafah

Hari ini, 11 September, setahun yang lalu. Peristiwa jatuhnya crane di masjidil haram. Hujan cukup deras dan badai. Mekkah sempat banjir sebentar.

Hari ini, 9 Dzhulhijjah 1437 H.
9 Dzhulhijjah setahun lalu, 1436H di tanggal 23 September 2015, sebagian ada yang tanggal 22 September 2015.

Hari Arafah ini adalah hari yang sangat spesial, khususnya untuk umat muslim.
Pada hari Arafah saat Rasulullah melakukan haji wada', dipercaya sebagai turunnya ayat Al Qur'an  اليَومَ أَكمَلتُ لَكُم دينَكُم وَأَتمَمتُ عَلَيكُم نِعمَتي وَرَضيتُ لَكُمُ الإِسلامَ دينًا (QS Al Maidah : 3).

Berikut catatan dari seorang teman WA tentang makna kata dan hikmah dari Arafah dan Wukuf.

*Arafah*
berasal dari kata _'arafa_ yakni _'mengetahui'_ atau _'mengenal'._

Kata ini digunakan untuk menjelaskan 'pengetahuan' dan 'pengenalan' terhadap kebenaran yang mendorong munculnya keimanan pada diri seseorang. (QS. Al-Maaidah, 5:83).

Di ayat lain, kata _'arafa_ digunakan untuk menjelaskan pengetahuan terhadap tanda-tanda kebesaran Allah yang terhampar di muka bumi dan di jagat semesta ini. 

Orang yang mencapai tingkatan ini disebut _'arif._ Kata benda dari _'arafah_  ini adalah _ma'rifah (ma'rifat)_ yang bermakna pengetahuan yang mendalam tentang ilmu Allah yang tertulis dalam Al-Qur'an maupun yang terhampar di alam semesta. (QS. An-Naml, 27:93).

Lebih jauh, kata _'arafa_ mengalami berbgai bentukan kata yang berkonotasi positif pada proses spiritualitas seoang hamba Allah.
Diantaranya adalah _'urfaa, ma'ruufa,  dan ma'ruufah._

Kata _'urfaa_  dan _ma'ruuf_ memberikan konotasi tentang kebaikan dalam sikap, perilaku, kata-kata dan perbuatan yang membawa manfaat bagi orang lain. (QS. Al-Mursalat, 77:1; Al-Baqarah, 2:263;  An-Nisa', 4:114; Luqman, 31:15).

Sedangkan kata _ma'ruufah_ menjelaskan bahwa menjalankan agama ini haruslah disertai ketaatan yang sempurna. Bukan sekedar ikut-ikutan atau terpaksa.
Ketaatan seperti ini didapatkan dari kepahaman  tentang kebesaran Allah  _(ma'rifatullah)_ yang melahirkan ketaqwaan sejati. Buahnya adalah kemenangan hakiki. (QS. An-Nuur, 24:52-53).

* Wukuf di Arafah*
Tanggal 9 Dzulhijjah adalah puncak ritual ibadah haji di tanah suci.
Di padang inilah jamaah haji memulai ritualnya dengan cara berdiam diri melakukan perenungan dan bertafakur tentang substansi kehidupannya sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi. Perenungan yang memakan waktu sekitar 5-6 jam –Zhuhur sampai Maghrib – itu kita kenal sebagai ritual _Wuquf._

Ia berasal dari kata _waqafa_ yang bermakna 'berhenti'.  

_Wuquf_  mengajari umat Islam agar sejenak menghentikan aktifitasnya, berhenti dari kegiatan apapun agar bisa melakukan perenungan jati diri. 

Dengan perenungan ini, akan terjadi proses terbukanya hijab kegelapan atas semua dosa dan maksiat yang pernah kita lakukan.
Dan terbuka pula hijab-hijab yang lebih halus dalam jiwa kita. Hingga kita mampu menggapai derajat _ma'rifah (ma'rifatullah)_ di padang Arafah.

Rasulullah saw bersabda,  _*"Tidak ada haji tanpa wuquf."*_

Artinya, tidak ada haji tanpa perenungan di Arafah.
Tidak akan pernah ada pencapaian puncak keislaman sorang muslim, tanpa ma'rifatullah di Padang Pengetahuan.
Karena sesungguhnya, ini baru permulaan bagi perjalanan spiritual berikutnya seperti: lempar jumrah di Mina, thawaf di seputar Ka'bah dan diakhiri dengan Sa'i antara Shafa dan Marwah.

_Arafah_ adalah tonggak berubahnya sebuah keraguan dari ketidakpastian menjadi sebuah keyakinan yang kokoh berdasar pengetahuan yang mendalam, hingga siap berkorban demi untuk Allah, dalam bentuk  kebajikan buat sesama.

Jadi, Padang Arafah adalah tempat suci yang mengantarkan setiap jamaah haji untuk memulai dan memperbaharui KOMITMEN nya dalam mengarungi kehidupan spiritualnya.

Sebuah komitmen yang terbentuk dari lembah pengetahuan yang dalam; serta sumber-sumber ilmu yang jernih; dan sungai-sungai spiritual yang mengalir deras ke samudera ma'rifat; berharap untuk bisa bertemu dan dipeluk dalam rengkuhan kasih sayang Allah Sang Penguasa segala Pengetahuan, Dzat yang Maha Berilmu, Maha Bijaksana dan Maha Cinta... 

*******
Selamat berwuquf di Arafah, semoga mendapat anugerah Haji Mabrur.

Dan selamat berpuasa Arafah, saudaraku di tanah air, semoga Allah segera mengundang kalian untuk menjadi tamu-Nya di Baitullah yang suci....

08 September 2016

Madinah: Berkeliling Kota

Jadwal jalan-jalanku di Madinah seharusnya 2 kali.
Yang pertama bersama kloter di hari Rabu 2 September 2015.
Yang kedua bersama rombongan bimbingan haji, di hari Sabtu 5 September 2015.

Jadwal jalan-jalan bersama kloter aku tidak ikut, karena....... ketinggalan (ditinggal?!). Akibat kurang koordinasi dan kurang komunikasi.
Yang tidak ikut adalah para ibu-ibu kelompokku, karena memang terlambat datang ke tempat pertemuan (meeting point) dimana bis kami berada. Dan agak bingung juga dimana tempatnya. Jadi ya kami menunggu saja di hotel. Lihat-lihat toko di sekitar hotel. Sebagian teman ada yang belanja kain untuk membuat scarf/syal identitas kelompok.
Aku memilih duduk di lobi sambil internetan, ada free wifi. Kalau di kamar sering tidak bisa. Mumpung ada waktu luang juga, dan hotel sedang sepi karena banyak yang sedang tour.
Alhamdulillah.
Alhamdulillah 'alaa kulli hal 😊

Malamnya ada seorang teman dari teman satu kelompokku, yang sedang menetap di Madinah datang, menawarkan kami apabila mau jalan-jalan, dia bersedia menemani kami berkeliling dan mencarikan kendaraannya.
Semangat deh ibu-ibunya yang belum sempat jalan-jalan, membujuk bapak-bapak untuk mau jalan-jalan lagi.

Begitulah, esoknya kami berkeliling kota Madinah, "masjid to masjid tour" plus jabal Uhud. Dan ditutup dengan acara makan Bakso, khas Indonesia.
Masjid yang kami kunjungi antara lain:
Masjid Qiblatain, masjid Khandaq, masjid Quba (di samping masjid Quba ada museum loh). Lalu kami ke masjid Ijabah, ketika kami ke sana masjid lagi tutup. Kembali ke masjid Nabawi kami jalan dari masjid Ijabah, melewati masjid Bukhari, yang juga sedang tutup.

Jalan-jalan di hari Sabtu 5 September 2015.
Ke Jabal Magnet. Jadi ada jalanan tanjakan ke gunung (jabal), tapi bisnya seperti tertarik ke atas. Sopir bis membuktikan dengan mematikan mesin kendaraan, dan bis tetap melaju.
Pernah ada acara sains yang berasumsi bahwa peristiwa ini hanya tipuan mata. Sebenarnya jalanannya memang turunan. Wallahu a'lam.
Dari Jabal Magnet kami ke Kebun Kurma. Tepatnya ke toko kurma yang terletak di Kebun Kurma. Karena jamaah sibuk beli kurma, bukan lihat perkebunannya (selain karena panas, juga karena waktunya sempit. Sebagian besar ingin segera kembali, sayang bila melewatkan kesempatan sholat fardhu di masjid Nabawi).
Dari kebun kurma kami berencana ke percetakan Al Qur'an, tapi ternyata sedang tutup.
Perjalanan dilanjutkan ke masjid Qiblatain. Lalu kembali ke hotel.

Yang sangat ingin ku kunjungi adalah toko buku. Kabarnya Madinah ini kan semacam "kota pelajar"nya Arab. Tempat berkumpulnya para ulama. Tapi selama jalan-jalan aku tidak menemukan toko buku yang besar dan lengkap. Aku cari buku belajar bahasa Arab, Madinah Arabic Reader tidak nemu (dan nanti aku menemukannya di toko buku di Mekkah).

Di sekeliling masjid Nabawi malah sedang ada pameran tentang siroh Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم
Dan ada pameran Asmaul Husna.
Kedua pameran ini sempat ku kunjungi.
Selain itu ada juga pameran Al Qur'an, nah yang ini belum sempat ku kunjungi, sepertinya belum buka karena aku dan suami berkunjung terlalu pagi.
Rencana kami mau tunggu sampai buka, sambil jalan-jalan sekitar sana. Tapi dalam perjalanan kami bertemu seorang Bapak yang nyasar, berasal dari Bima NTB. Kami mengantarkan Bapak itu ke hotelnya.

PS:
Hari ini setahun lalu, aku dan kloterku sudah sampai di Mekkah. Siap2 mau thawaf Qudum.
Tapi ceritaku di Madinah belum tuntas.

Menuju Masjid Nabawi

Hotel Diyar Al-Salam. فندق ديار السلام

Nama penginapanku selama di Madinah. Sekitar 9 hari. Kelompokku selama haji, bersama kloter lain, terpisah dari kloter sendiri.
Begitulah, kloter 25 SOC selama di Madinah, tersebar di 2 hotel.
Pertama tiba di Madinah, kami ke hotel Diyar Majid Al-Salam. Setelah menunggu cukup lama (mungkin para petugas haji melakukan diskusi dulu), diputuskan bahwa kelompok kami yang beranggotakan 11 orang harus terpisah. Ketua kelompok tidak mau. Masalahnya adalah ada beberapa bekal yang kami bawa memang diperuntukkan untuk dipakai bersama sekelompok. Akhirnya diputuskan kami tetap bersama, walaupun sekamar melebihi batas kuota (setempat tidur untuk 2 orang).

Di hotel ini kelompok kami mendapatkan 2 kamar. 1 kamar berisi @3 tempat tidur, yang seharusnya untuk 3 orang, kami gunakan untuk 5 dan 6 orang.
Keuntungannya adalah kelompok kami menginap di hotel yang sama dengan petugas haji dan tim kesehatan.
Yang kasihan memang petugas haji kloter kami yang harus mondar-mandir. Dan petugas konsumsi kelompok kami yang harus ambil makan di hotel seberang, karena jatah catering diantar ke sana.

Jarak dari hotel ke Masjid Nabawi sekitar 600 meter. Kabarnya ini termasuk jarak yang jauh. Dan supaya adil, nanti di Mekkah kloter kami mendapat tempat yang dekat (dibandingkan penginapan kloter lain).
Awalnya terasa jauh, dan panas. Semakin lama di Madinah jaraknya terasa lebih dekat, dan (tetap) panas 😅
Alhamdulillah, kalau nyuci baju cepat kering. Bahkan disarankan kalau mau ke masjid di siang hari, gunakan penutup kepala yang dibasahi, bisa handuk atau lainnya. Selalu bawa penyemprot berisi air, lebih baik lagi air zamzam bisa sekalian untuk diminum.

Bagi beberapa teman ada yang berangkat ke masjid 3x sehari. Subuh-Dhuha, Dhuhur-Ashr, dan Maghrib-Isya.
Ada yang mau dari Subuh-Dhuhur, ke penginapan untuk makan siang, lalu kembali lagi ke masjid Ashr-Isya.

Aku lebih memilih untuk kembali ke penginapan setiap selesai sholat, kecuali Maghrib-Isya karena jarak waktunya singkat.
Alasannya supaya aku bisa istirahat cukup di penginapan.
Pernah suatu kali aku menunggu di dalam masjid, rebahan di masjid, eh ditegur Askar, diingatkan kalau di masjid itu untuk berdoa. Boleh tiduran di pelataran masjid, tapi kan panas ya?
Dan di Madinah ini aku masih penyesuaian, hampir setiap selesai sholat Maghrib sambil menunggu isya aku ngantuk.
Dapat ilmu baru, konon kalau tidur sambil posisi duduk tidak membatalkan wudhu ya?

Sepanjang jalan dari hotel ke masjid Nabawi dan sebaliknya, banyak penjual menggelar dagangannya.
Pun banyak orang berbagi, bersedekah, terutama berbagi kurma. Apalagi kalau hari Senin/Kamis, saat berbuka puasa sunnah.

*Bersambung lagi.... 😉  

06 September 2016

Taman Surga

Hadits Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم :

"‏ مَا بَيْنَ بَيْتِي وَمِنْبَرِي رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ الْجَنَّةِ ‏"‏‏

antara rumahku dan mimbarku adalah Raudhah (Taman) dari Taman-taman Surga.

Raudhah terletak di kompleks masjid Nabawi. Dari luar, rumah Nabi Muhammad saw ditandai dengan kubah berwarna hijau, mimbar ditandai dengan kubah putih.
Bila kita berada di dalam masjid, Raudhoh ini ditandai dengan karpet berwarna hijau, sementara karpet masjid berwarna merah.
Rumah Nabi, sekarang adalah tempat makam beliau saw dan 2 sahabat sekaligus Khulafaur Rasyidin, Abu Bakar As Shiddiq ra dan Umar bin Khattab ra.

Tidak ada tuntunan sholat khusus di Raudhah, boleh sholat apa saja (sholat dhuha misalnya). Dan banyak berdoa, salah satu tempat mustajab untuk berdoa.
Ucapkan salam kepada Nabi dan sahabat beliau.

Aku mencoba ke Raudhah 31 Agustus 2016 pagi setelah sholat subuh.
Untuk jamaah perempuan masuk ke Raudhah dari pintu no.25 dan untuk laki-laki dari pintu no.1
Seingatku ada waktu yang terpisah juga. Jamaah perempuan jam 8 pagi dan malam setelah sholat isya (?), Untuk jamaah laki-laki malah tengah malam jam 1 ya? *sudah agak lupa 😓
Percobaan pertama gagal, karena kurang persiapan, kurang sabar menunggu, tidak mengira kalau antri lama. Sementara kelompok kami terpisah, ada yang tidak ikut ke Raudhah. Dan kami harus kembali ke penginapan untuk makan siang.

Esoknya, 1 September 2016, kami mencoba lagi ke Raudhah. Kelompok lengkap (6 orang). Membawa makan. Dan kami berniat untuk tetap di masjid sampai waktu dhuhur.
Alhamdulillah, kami berhasil sampai ke Raudhah. Setelah mengantri dan memasuki jalur yang sangat padat. Berdesakan. Ada beberapa jamaah yang sholat di luar tempat yang disediakan, di jalur antrian. Dan ini cukup merepotkan dan membuat kurang nyaman.
Aku tidak sholat di Raudhah, melewati dan berdoa saja. Karena sudah sangat padat, terletak di dalam masjid, terasa pengap. Dan teringat nasehat ketua rombongan, bahwa kita berhaji yang utama adalah wukuf di Arafah. Sayang sekali kalau perjalanan ibadah haji menjadi tidak sah karena tidak bisa wukuf, karena sakit misalnya.

Ke Raudhah ini dilakukan sebelum aku ke Mekkah dan Armina. Lalu aku membayangkan akan seperti apa nanti ketika thawaf, sa'i, lempar jumroh, wukuf. Mesti padat banget. 2juta orang. Subhanallah. Semoga dimudahkan (ini doa yang sangat dianjurkan ketika aku ikut manasik haji).
Alhamdulillah. Cerita tentang haji menyusul ya. insya'Allah😉😊

03 September 2016

Masjid Nabawi

Pertama datang ke masjid Nabawi di waktu menjelang subuh. Sekitar jam 3 sudah berangkat ke masjid. Dengan niat melaksanakan sholat tahajud.
Kali pertama ini masih mendapat tempat di dalam masjid. Selanjutnya hanya beberapa kali (2 atau 3x) aku sholat di dalam masjid, selebihnya di pelataran masjid.

ARBAIN
Sebagian orang mempercayai bahwa melaksanakan sholat fardhu arbain (40x) di masjid Nabawi adalah sunnah, sehingga saat berkegiatan luar (jalan-jalan misalnya), diusahakan berangkat pagi dan sebelum dhuhur sudah tiba kembali di masjid Nabawi. Sehingga bisa melaksanakan arbain itu.
Memang para jama'ah haji diberi waktu sekitar 8-9 hari di Madinah.

Sebagian orang tidak berpendapat bahwa arbain adalah sunah.
Tapi tetap saja "mewajibkan" laki-laki untuk sholat fardhu berjamaah di masjid.
Dan selagi ada di Madinah, ada kesempatan yang sangat sayang untuk dilewatkan, sholat di masjid Nabawi.

Berdasarkan hadits shahih, bahwa sholat di masjid Nabawi mendapatkan balasan yang berlipat, 1000x dibandingkan sholat di masjid manapun, kecuali masjidil Haram di Mekkah.
Di Masjidil Haram Mekkah balasannya 100x sholat di masjid Nabawi, sama dengan 100.000x sholat di masjid manapun.
(FYI: penduduk Madinah menyebut masjid Nabawi itu Al Haram juga loh, masjid Al Haram Madinah. Makanya ada istilah Haramain itu ya?)

Lalu pertanyaan berikutnya adalah
Apakah sholat di pelataran masjid bukan di dalam masjid mendapatkan balasan yang sama?
Allahu 'alam, hanya Allah yang tau 😊

Berbuat semampu kita saja, berikan yang terbaik yang kita bisa. Dan yakin Allah Maha Mengetahui segala niat dan usaha kita.

Hikmah dari sholat di pelataran masjid adalah
1. Akses yang mudah kalau ingin ke toilet.
2. Ketika sore hari banyak ibu-ibu membawa anak-anak mereka ke masjid, lalu mengajarkan (dan memberi contoh) berbagi. Mulai berbagi permen, snack, minuman, kurma, sampai berbagi aksesoris.
Dan terutama berbagi cerita 😊😉.

Kalau di dalam masjid ada pemeriksaan oleh azkar (penjaga), tidak boleh bawa makanan, tidak boleh tidur. Dan kalau sudah keluar masjid, agak susah mau masuk lagi karena penuh.

ASKAR
Jadi pengen cerita tentang azkar.
Di bagian perempuan, askarnya juga perempuan, Saudi tentu, dan berpakaian hitam-hitam bercadar/niqab.
Askar bisa berbagai bahasa, khususnya kata perintah: "Jalan!",  "Cepat!", "Terus!"
Banyak juga dari para jama'ah yang ngeyel tetap membuat shaf sholat di jalan untuk orang berlalu lalang, sehingga membuat kemacetan dan membuat shaf kurang rapi.
Askar sering mengingatkan tentang kerapian shaf, lurus dan rapat.
Terimakasih 👍👍

TOILET
Toilet masjid Nabawi berada di bawah permukaan tanah/lantai masjid. 2 lantai ke bawah. Tersedia eskalator. Dan cukup bersih. Banyak dari petugas kebersihan masjid yang ternyata orang Indonesia loh.

ATAP MASJID
Atap masjid Nabawi termasuk unik, selain ada yang berbentuk payung yang bisa terbuka (saat dhuha sampai maghrib) dan tertutup, ada juga atap yang bisa terbuka dengan cara digeser, seperti pintu geser itu.
Ada eskalator juga ke lantai atas, tapi gak tau ada apa di atas, karena aku belum sempat ke lantai atas.

RAUDHAH
Tentang ini aku mau buat cerita khusus, judul sendiri.

Juga tentang makanan di Madinah,
Penginapan, Pameran di sekitar masjid Nabawi, Jalan-jalan seputar kota Madinah, Jetlag, Berbelanja, dsb.

01 September 2016

MADINAH

Kloter 25 SOC berada di Madinah sejak 30 Agustus 2015 pagi, sampai 8 September 2015 pagi.
Dan sebagaimana postinganku sebelum ini, bahwa terjadi sedikit masalah tentang penginapan dan koper, sehingga kloter/ rombongan kami baru bisa beristirahat di hotel sore hari.
Sebagian mulai bisa ke masjid Nabawi saat sholat maghrib dan isya.
Aku memulai ke masjid Nabawi keesokan hari, 31 Agustus 2015 saat sholat subuh.
Jarak dari hotel (Diyar Al-Salam) ke masjid Nabawi sekitar 600 meter. Masuk masjid Nabawi melalui pintu nomer 7.
Saat itu sedang musim panas, suhu bisa mencapai di atas 40'C.

-bersambung- 😊